Profil Desa Wetonkulon
Ketahui informasi secara rinci Desa Wetonkulon mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wetonkulon, Kecamatan Puring, Kebumen. Mengupas tuntas potensi pertanian, pembangunan infrastruktur jembatan vital, kehidupan sosial budaya termasuk tradisi Merdi Bumi, serta data wilayah dan kependudukan terbaru di pesisir selatan Jawa Tengah
-
Pembangunan Infrastruktur Strategis
Rekonstruksi Jembatan Wetonkulon senilai Rp 14,84 miliar menjadi prioritas utama yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dengan menghubungkan kembali akses vital antara Kecamatan Puring dan Buayan.
-
Potensi Agraris yang Kuat
Sebagai desa dengan lahan pertanian dominan, Wetonkulon merupakan salah satu penopang ketahanan pangan di Kebumen, khususnya melalui budidaya padi dan potensi penerapan teknologi pertanian modern.
-
Kekayaan Budaya Lokal
Desa Wetonkulon aktif melestarikan tradisi "Merdi Bumi" yang disertai pagelaran wayang kulit, menunjukkan kuatnya ikatan sosial dan rasa syukur masyarakat sebagai modal pembangunan non-fisik.
Wetonkulon, sebuah desa di pesisir selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menunjukkan geliat pembangunan infrastruktur dan pemeliharaan tradisi yang berjalan beriringan. Berada di Kecamatan Puring, desa ini menjadi sorotan utama menyusul dimulainya kembali pembangunan Jembatan Wetonkulon, sebuah proyek vital yang diharapkan dapat mengakselerasi roda perekonomian dan konektivitas warga.
Geografi dan Tata Pemerintahan
Desa Wetonkulon terletak di wilayah strategis Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, desa ini berada di dataran rendah yang didominasi oleh lahan pertanian, menjadikannya salah satu wilayah agraris penting di kawasan tersebut. Letaknya yang berada di jalur yang menghubungkan kecamatan lain memberikannya peran signifikan dalam mobilitas penduduk dan barang.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten Kebumen dan Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Wetonkulon secara administratif berada di bawah naungan Kecamatan Puring. Batas-batas wilayahnya meliputi:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan desa lain di lingkup Kecamatan Puring.
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Wetonwetan.
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan wilayah pesisir yang menghadap Samudra Hindia.
Sebelah Barat: Berbatasan langsung dengan aliran Sungai Telomoyo (Kali Kemit) yang memisahkannya dengan wilayah Kecamatan Buayan.
Meskipun data spesifik mengenai luas wilayah Desa Wetonkulon belum dipublikasikan secara daring, Kecamatan Puring sendiri memiliki luas total 62,04 km². Desa Wetonkulon merupakan bagian integral dari luas tersebut, dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh tanah sawah dan pekarangan. Data kependudukan yang terperinci untuk desa juga masih dalam proses pemutakhiran data basis pemerintah. Namun merujuk pada data BPS tahun 2018, Desa Wetonkulon tercatat memiliki rasio jenis kelamin yang menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, sebuah karakteristik demografis yang menarik di tingkat desa.
Pemerintahan Desa Wetonkulon berjalan aktif, yang dapat dilihat melalui situs resmi desa. Berbagai kegiatan seperti musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes) dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) secara rutin dilaksanakan. Kantor Kepala Desa beralamat di Jalan Puring-Buayan, Desa Wetonkulon, dengan kode pos 54383 dan menjadi pusat pelayanan administrasi bagi seluruh warga.
Infrastruktur Vital dan Kebangkitan Ekonomi
Fokus utama pembangunan di Desa Wetonkulon saat ini tertuju pada rekonstruksi Jembatan Wetonkulon. Jembatan yang membentang di atas Sungai Telomoyo ini merupakan urat nadi yang menghubungkan Kecamatan Puring dengan Kecamatan Buayan. Putusnya jembatan akibat terjangan banjir pada Maret 2022 telah memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Warga terpaksa menempuh jarak lebih jauh untuk dapat menyeberang, yang secara langsung meningkatkan biaya transportasi dan waktu tempuh.
Pada April 2025, Pemerintah Kabupaten Kebumen, dengan dukungan dana hibah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memulai proyek pembangunan kembali jembatan ini. Proyek dengan nilai anggaran mencapai Rp 14,84 miliar ini menjadi angin segar bagi masyarakat. Pembangunan jembatan sepanjang 70 meter dan lebar 7 meter ini dirancang dengan konstruksi rangka baja tanpa tiang tengah untuk mengantisipasi terjangan arus banjir di masa depan.
Dasikin, Kepala Desa Wetonkulon, dalam sebuah kesempatan mengungkapkan rasa syukurnya. "Pembangunan kembali jembatan ini sudah sangat dinantikan oleh masyarakat. Dengan adanya jembatan baru nanti, warga tidak perlu lagi memutar sejauh beberapa kilometer. Akses akan lebih cepat, distribusi hasil bumi lebih lancar, dan tentu akan membangkitkan kembali perekonomian warga kami," ujarnya kepada media pada saat acara syukuran dimulainya proyek, 11 April 2025.
Proyek yang ditargetkan selesai pada Desember 2025 ini diharapkan tidak hanya memulihkan konektivitas, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Kelancaran akses akan mempermudah pengangkutan hasil pertanian, yang menjadi komoditas utama desa, ke pasar-pasar di wilayah Kebumen dan sekitarnya.
Selain jembatan, infrastruktur dasar lainnya seperti jalan desa, fasilitas penerangan, dan sarana air bersih terus menjadi perhatian pemerintah desa. Keberadaan Balai Desa yang aktif dan SD Negeri Wetonkulon menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyediakan layanan publik yang esensial bagi warganya.
Potensi Pertanian dan Kehidupan Sosial
Sebagai desa agraris, sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Desa Wetonkulon. Lahan sawah yang subur dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk menanam padi. Di Kecamatan Puring secara umum, dikembangkan pula sistem tanam padi gogo dengan metode Larikan Gogo (Largo) Super, sebuah teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas panen secara signifikan. Potensi ini menempatkan Wetonkulon sebagai salah satu lumbung pangan di Kabupaten Kebumen. Selain padi, hasil pertanian lain seperti palawija dan kelapa juga banyak diusahakan oleh warga.
Kehidupan sosial masyarakat Desa Wetonkulon sangat erat dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Hal ini tecermin dari berbagai kegiatan kemasyarakatan yang rutin diselenggarakan, seperti pertemuan kelompok tani, kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kerja bakti.
Salah satu tradisi budaya yang masih lestari dan menjadi kebanggaan masyarakat Wetonkulon yakni upacara "Merdi Bumi". Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah serta permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh warga desa. Pada Agustus 2024, acara Merdi Bumi di Desa Wetonkulon dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Acara ini turut dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah kabupaten, yang menunjukkan dukungan terhadap pelestarian budaya lokal.
Wakil Bupati Kebumen, Ristawati Purwaningsih, dalam sambutannya di acara tersebut mengajak seluruh warga untuk terus memupuk semangat gotong royong. "Tradisi seperti Merdi Bumi ini bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan yang mengajarkan kita tentang pentingnya rasa syukur dan kebersamaan. Ini adalah aset budaya yang harus kita jaga bersama," ungkapnya.Keberadaan fasilitas pendidikan seperti SD Negeri Wetonkulon menjadi pilar penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Sementara untuk fasilitas kesehatan, warga dapat mengakses Puskesmas Puring yang berlokasi di Desa Sitiadi, yang jaraknya relatif terjangkau dari Wetonkulon.
Menatap Masa Depan yang Cerah
Dengan rampungnya Jembatan Wetonkulon yang dijadwalkan pada akhir tahun 2025, Desa Wetonkulon bersiap menyambut era baru. Konektivitas yang pulih sepenuhnya akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Arus barang dan jasa yang semakin lancar diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para petani dan membuka peluang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berkembang.
Pemerintah Desa Wetonkulon, di bawah kepemimpinan yang progresif, terus berupaya mengoptimalkan potensi yang ada. Sinergi antara pembangunan infrastruktur fisik dan penguatan modal sosial melalui pelestarian budaya menjadi formula kunci dalam memajukan desa. Ke depan, tantangan yang dihadapi antara lain ialah adaptasi terhadap perubahan iklim yang dapat mempengaruhi sektor pertanian dan pengelolaan potensi desa secara berkelanjutan.
Namun, dengan semangat gotong royong yang telah mengakar dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, Desa Wetonkulon memiliki fondasi yang kuat untuk terus bergerak maju, menjadi desa yang mandiri, sejahtera, dan berdaya saing di pesisir selatan Kabupaten Kebumen.
